14 Februari 2017
Kajian Online AIHQ Academy : Syarat Diterimanya Ibadah (Risalatul Insan)
Syarat Diterimanya Ibadah
Notulen Kajian Online (KOL)
AIHQ Academy - Dept. Kaderisasi PSDM ODOJ
=========================
Hari, Tanggal: Selasa 14 Februari 2017
Waktu : 19.30 - 21.00 WIB
Tempat : Fasil 09
Muwajjih : Ummi Nashrullah
Tema : Risalatul Insan
Judul : Syarat Diterimanya Ibadah
Moderator : Nuraina
Notulis : Asma
💕Isi Notulen💕
SYARAT DITERIMANYA IBADAH
(Risalatul Insan)
Saudarakufillah
Allah SWT berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin: 4)
Begitu luar biasanya seorang manusia yang diberikan bentuk dan potensi yang sebaik-baiknya. Lebih baik ketimbang makhluk Allah SWT lainnya. Sudah sepatutnyalah bagi kita insan bernama manusia mensyukuri atas apa yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Jangan sekali-kali kita dustai dan kufuri. Karena azab Allah SWT pedih bagi orang-orang yang tak mau bersyukur.
🌻🌻🌻
❓Bagaimana wujud rasa syukur..?
🎋Tentu beribadah kepada Allah SWT dengan benar.
🎋Penguatan ibadah harus dengan Tarbiyah dzatiyah
🎋Shohih dalam ibadah yakni melakukan sesuatu dengan sedikit tapi berkesinambungan.
🎋Yang berkaitan dengan ibadah tentu hasilnya adalah Akhlak.
🎋Akhlakmu bagaimana ibadahmu.
🎋Pribadi yang selesai dengan urusan pribadinya dan bisa menshalihkan orang lain..
🌻🌻🌻
Hiduplah untuk Islam
❓Bagaimana hidup untuk Islam..?
🔹1. Karakteristik orang islam adalah ber Ilmu.
Cacat seseorang itu ada 2 yakni: seseorang yang banyak berilmu tapi melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT, dan Seseorang yang bodoh banyak ibadahnya...
🔹2. Berputarlah saudara kemana islam itu berputar.
Care dengan dunia Islam
🔹3. Seorang mukmin itu Bangga dengan Islam
🔹4. Konsisten untuk Berjuang dalam Dakwah
🎋Kesemua itu bisa terwujud indah dengan ibadah yang baik..
🌻🌻🌻
Ibadah yang baik tentu sudah memenuhi syarat-syarat diterima oleh Allah SWT
❓Bagaimana syarat diterimanya ibadah...?
Sahabat syurga...
Syaikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullahu ta’ala menjawab:
Syarat-syarat diterimanya ibadah di sisi Allah SWT ada tiga.
🔹 Pertama, beriman dan bertauhid kepada Allah SWT. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً
_“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shalih, untuk merekalah surga-surga Firdaus.”_ (QS. Al Kahfi: 107)
Rasulullah SAW bersabda,
قُلْ أَمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
_“Katakan, ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamah-lah.”_ (HR. Muslim)
🔹 Kedua, Ikhlas. Yaitu, beramal untuk Allah SWT tanpa riya’ dan sum’ah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
_“Maka, ibadahilah Allah dengan ikhlas untukNya dalam [menjalankan] agama.”_ (QS. Az Zumar: 2)
🔹 Ketiga, sesuai dengan apa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa-apa yang datang kepada kalian dari Rasulullah, maka ambillah. Dan apa-apa yang beliau larang darinya untuk kalian, maka jauhilah.” (QS. Al Hasyr: 7)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَادٌّ
“Siapa saja yang mengerjakan amalan yang tidak kami contohkan, maka amalannya tertolak.” (HR. Muslim)
🔹 Ikhlas karena Allah SWT.
🔹 Mengikuti tuntunan Nabi SAW (ittiba’).
Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak.
🌻🌻🌻
Berikut bukti-buktinya dari Al Qur’an, As Sunnah.
Dalil dari dua syarat di atas disebutkan sekaligus dalam firman Allah Ta’ala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
_“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“_ (QS. Aln Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh”, maksudnya adalah mengikuti syariat Allah SWT (mengikuti petunjuk Nabi SAW).
Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap ridha Allah SWT semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya.
Al Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah SWT,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
_“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”_ (QS. Al Mulk: 2).
Beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki ajaran Nabi SAW).”
Lalu Al Fudhail berkata, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mengikuti ajaran Nabi SAW, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau SAW namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab.
Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah SWT. Amalan dikatakan showab apabila mengikuti ajaran Nabi SAW .”(Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rojab Al Hambali, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.)
🌻🌻🌻
Dalil dari Al Hadits
Syarat diterimanya amalan ditunjukkan dalam dua hadits.
Hadits pertama dari ‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita )”.
(HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907.)
Hadits kedua dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah Ra ; Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”
(HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718.)
Dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’ [sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap ridha Allah SWT, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak.
Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah SWT dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.”(Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77.)
Di kitab yang sama, Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Suatu amalan tidak akan sempurna (tidak akan diterima,) kecuali terpenuhi dua hal:
💫Amalan tersebut secara lahiriyah (zhohir) mengikuti ajaran Nabi SAW
💫Amalan tersebut secara batininiyah diniatkan ikhlas mengharapkan Ridha Allah SWT.
Sahabat AIHQ Fillah
🎋Dari dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa ibadah baik itu shalat, puasa, dan dzikir semuanya haruslah memenuhi syarat diterimanya ibadah yaitu ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi SAW.
Sehingga tidaklah tepat perkataan sebagian orang ketika dikritik mengenai ibadah atau amalan yang ia lakukan, lantas ia mengatakan, _“Menurut saya, segala sesuatu itu kembali pada niatnya masing-masing”_ Ingatlah, tidak cukup seseorang melakukan ibadah dengan dasar karena niat baik, tetapi dia juga harus melakukan ibadah dengan mengikuti ajaran Nabi SAW Sehingga kaidah yang benar “Niat baik semata belum cukup.”
🎋 Sebab-sebab Munculnya Amalan Tanpa Tuntunan
🔹Pertama: Tidak memahami dalil dengan benar.
🔹Kedua: Tidak mengetahui tujuan syari’at.
🔹Ketiga: Menganggap suatu amalan baik dengan akal semata.
🔹Keempat: Mengikuti hawa nafsu semata ketika beramal.
🔹Kelima: Berbicara tentang agama tanpa ilmu dan dalil.
🔹Keenam: Tidak mengetahui manakah hadits shahih dan dho’if (lemah), mana yang bisa diterima dan tidak.
🔹Ketujuh: Mengikuti ayat-ayat dan hadits yang masih samar.
🔹Kedelapan: Memutuskan hukum dari suatu amalan dengan cara yang keliru, tanpa petunjuk dari syari'at
🔹Kesembilan : Bersikap ghuluw (ekstrim) terhadap orang tertentu. Jadi apapun yang dikatakan panutannya (selain Nabi SAW), ia pun ikuti walaupun itu keliru dan menyelisih dalil.(Disarikan dari Al Bida’ Ald Hauliyah, ‘Abdullah bin ‘Abdildfd ‘Aziz bin Ahmad At Tuwaijiri, hal. 37-68, Darul Fadhilah)
🎋Inilah di antara sebab munculnya berbagai macam amalan tanpa tuntunan (baca: bid’ah) di sekitar kita.
Semoga kita semua hamba yang sempurna Tauhidnya, ikhlas beriabadah karena Allah SWT dan mengikuti cara² beribadah Rasulullah SAW. Hingga ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Aamiin ya Rabbal'alaamiin.
Wallahu a'lam bishawab
➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰
📝Tanya Jawab
1⃣ Nurul SG4
Ijin bertanya:
1. Bagaimana dengan odoj ini?apa termasuk bid'ah krn disini kita beribadah (membaca Al-Qur'an) tp tidak di contoh oleh Nabi Muhammad SAW?
💕Jawaban :
Ada sebagian orang yang mengatakan bid'ah. Krn tdk dicontohkan. Tetapi apakah itu menjadi tdk boleh? InsyaAllah itu boleh, disini kita tetap mengacu pd contoh dari Rasulullah saw, yaitu membaca Al quran 1 juz sehari ato mengkhatamkan Al quran 1bulan odoj. Yang dimaksud disini adalah khatam individu ya. Sesuai hadits nabi berikut,
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »
“Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054).
Banyak khilafiyah yg kadang mmng membuka perdebatan, tetapi ketika bs menyikapi dg sebaik2nya, InsyaAllah perbedaan itu tdk menjd masalah, selama tdk menyangkut pada permasalahan yg utama dan mendasar (aqidah dan tauhid).
2. Bagaimana dengan sistem pelaporan yg mengharuskan member untuk laporan?jd terkesan tidak ikhlas bertilawah tp hanya kejar laporan?
🙏😊
💕Jawaban :
Sistem pelaporan sebenarnya unt memutabaah diri. Sejauh mana konsisten dan istiqomah nya kita. Dan juga unt memberikan motivasi bagi yang lain, karena keimanan naikturun. Jika kita sedang diatas, bs memberikan semangat. Jika kita sedang dibawah, bs tersemangati.
Bukan brarti hal itu menghilangkan keikhlasan.
Smua kembali pada niat. Perbaiki selalu niat kita. Diawal ditengah dan diakhir. InsyaAllah akan terjaga dari ketidakikhlasan.
Wallahu'alam
➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰
📜Closing Statement
Kepribadian seorang muslim haruslah berlandaskan Al Quran dan As sunnah. Karena keduanya merupakan warisan Rasulullah untuk ummatnya, dari Allah SWT.
Sehingga kita bisa menjadi pribadi yang mempunyai salimul aqidah dan shohihul ibadah. Ikhlas beribadah lillah. Dan smg ibadah2 kita diterima oleh Allah SWT. Aamiin
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162).
Sy akhiri, afwan minkun ada kurang nya itu dr sy pribadi, kebaikan itu dr Allah, fastabiqul khairat,
Allahu yubarik fiikum
جَزَاكُمُ اللّهُ خَيْــــرًا كَثِيْرًا
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
📝🌹Ummunashrullah🌹📝
🍃🍒🍃🍒🍃🍒🍃🍒🍃
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar